MENJELAJAH DUNIA LABA-LABA
CARA LABA-LABA BERBURU
Kebanyakan orang
mengira bahwa laba-laba adalah hewan yang menggunakan jaring untuk menangkap
mangsanya. Namun perkiraan ini sama sekali tidak menceriterakan kisah
laba-laba secara keseluruhan, karena jaring-jaring yang ajaib dari segi
arsitektur maupun dari segi rekayasanya bukan lah satu-satunya cara laba-laba
untuk menangkap mangsanya. Disamping membuat jaring, laba-laba menggunakan
taktik-taktik lain yang menakjubkan saat berburu.
Laba-laba Pelempar Lasso
Dari sekian banyak spesies laba-laba, salah
satu yang paling menarik karena teknik-teknik berburunya adalah laba-laba
"Bolas". Berdasarkan hasil riset rinci terhadap mahluk ini, seorang pakar
laba-laba, Dr. Gertsch, menemukan bahwa laba-laba ini menggunakan hidungnya
untuk menangkap mangsanya.
Karena laba-laba Bolas melemparkan lasonya lebih cepat dari penglihatan mata manusia, dibutuhkan teknik khusus untuk mengambil gambar ini. |
Banyak orang mengira kalau laba-laba
adalah serangga. Namun, ilmuwan mengklasifikasikan laba-laba dalam
kelas arachnid (bersama kalajengking, kutu, tungau), yang dalam
beberapa hal berbeda dengan serangga. Laba-laba mem-punyai delapan
kaki, sementara semut, lebah, kumbang, dan serangga lain hanya mempunyai
enam kaki. Kebanyakan serangga juga mempunyai sayap dan antena sedangkan
laba-laba tidak. Arachnid termasuk filum Artropoda.
Di dunia terdapat lebih dari 30.000 jenis laba-laba yang diketahui, dan bisa dikelompokkan dari cara hidupnya. a) Laba-laba pemintal jaring membuat jaring untuk menangkap serangga. b) Laba-laba pemburu mengejar serangga atau menunggu mereka. Dari segi struktur tubuh seperti taringnya, laba-laba dikelompokkan atas laba-laba sejati dan tarantula. |
Laba-laba Bolas memburu mangsanya dalam dua
tahap. Pada tahap pertama, laba-laba ini membuat benang berujung lengket
dan bersiap-siap untuk menyergap. Selanjutnya, ia akan menggunakan benang
lengket ini sebagai sebuah lasso. Kemudian, untuk mengundang mangsanya,
laba-laba ini menaruh suatu zat kimia khusus. Zat kimia ini adalah "pheromone",
yang biasa digunakan ngengat betina untuk memikat pasangannya. (Ngengat
jantan yang tertipu dengan panggilan palsu ini, datang mendekati sumber
bau.) Laba-laba yang penglihatannya sangat buruk dapat merasakan getaran
yang ditimbulkan saat ngengat terbang. Dengan cara ini, laba-laba dapat
merasakan kedatangan mangsanya. Yang menarik, meskipun nyaris buta, laba-laba
Bolas ini dapat menangkap mahluk yang sedang terbang dengan seutas benang
yang dibuatnya sendiri sambil bergelantungan di udara.
Buku Strange Things Animals Do mengibaratkan
teknik berburu laba-laba ini dengan seorang koboi yang sedang melemparkan
lasso:
Laba-laba ini membuat seutas
tali sutera, kemudian menaruh bandul cairan lengket di satu ujungnya.
Dengan cara ini, senjata ini mengingatkan seseorang akan sebuah lasso
koboi. Kemudian ia mengangkat benang ini dengan kedua kaki depannya, yang
kini bertindak sebagai tangan. Ketika seekor ngengat terbang mendekat,
ia melempar lassonya. Bandul lengketnya mengenai tubuh serangga yang terbang
dan menempel kuat padanya. Ngengat korban selanjutnya ditarik oleh laba-laba
Bolas dan dibungkusnya.4
Tahap kedua dimulai ketika korban yang tertipu
bau-bauan mendekat. Dengan menarik kaki-kakinya ke belakang, laba-laba
mengambil posisi menyerang dan melempar lassonya lebih cepat dari pandangan
mata manusia. Ngengat tertangkap oleh bandul lengket di ujung benang.
Laba-laba kemudian menarik-gulung mangsanya dan menggigitnya untuk melumpuhkannya.
Selanjutnya ngengat dibungkus dengan benang khusus, yang dapat menjaga
kesegaran makanan dalam waktu lama. Dengan cara ini, laba-laba mengawetkan
makanannya untuk konsumsi masa datang.
Dalam buku yang sama, penulisnya mengevaluasi
pergerakan laba-laba yang terencana ini dengan istilah-istilah berikut:
Para ilmuwan menyebut Bolas
sebagai mahluk tingkat rendah. Dr. Gertsch tidak yakin bahwa istilah ini
tepat untuk laba-laba. Karena apa yang mampu dilakukan mahluk rendah ini
tidak dapat dilakukan oleh singa laut, anjing, atau singa terlatih sekalipun,
bahkan seorang koboi pun mengalami kesukaran untuk melakukannya.5
Laba-laba Bolas menangkap mangsanya dengan bola lengket yang tampak pada gambar ini. |
Karenanya jelas bahwa teknik berburu dari laba-laba
Bolas membutuhkan kecakapan khusus, bahkan semestinya berdasarkan pengalaman
praktek. Jika kita lihat prosesnya tahap demi tahap, tingkat kesulitan
yang dilakukan laba-laba menjadi semakin jelas. Mari kita lihat jawaban
terhadap pertanyaan berikut, "Apa yang mesti dilakukan laba-laba Bolas
ketika berburu?"
Menyiapkan bandul lengket di ujung benang.
Membuat dan melepaskan dari tubuhnya zat bau
yang dibuat ngengat betina untuk memikat pasangan jantannya.
Melemparkan lasso pada mangsanya lebih cepat
dari pandangan manusia.
Membidikkan lasso tepat mengenai mangsanya.
Akhirnya, membuat benang khusus yang dapat
menjaga kesegaran mangsa, serta membungkusnya.
Maka, bagaimana laba-laba Bolas mampu bekerja
dalam kerangka kerja yang terencana demikian baiknya? Membuat rencana
merupakan ciri mahluk-mahluk yang memiliki daya pikir, yakni manusia.
Lebih jauh lagi, otak laba-laba tidak memiliki kapasitas untuk menyusun
dan melakukan semua itu. Dalam hal ini, bagaimana laba-laba dapat memiliki
teknik berburu dengan karakteristik yang begitu menakjubkan? Inilah pertanyaan
yang jawabannya masih dicari para ilmuwan.
Menurut kaum evolusionis, semua karakteristik
yang dimiliki laba-laba diperolehnya secara kebetulan. Laba-laba membuat
keputusan untuk membuat lasso, membuat zat kimia, mengetahui bahwa ia
harus mengundang ngengat ke arahnya, serta mendapat kecakapan menembak
dengan lasso, semuanya secara kebetulan. Semua kemampuan yang diperlukan
untuk berburu dengan menggunakan lasso terjadi secara kebetulan sama sekali.
Jelas bahwa pernyataan seperti itu hanyalah sebuah fantasi, tanpa landasan
ilmiah ataupun logika. Untuk melihat lebih jelas seberapa jauh fantasi
kaum evolusionis ini dari fakta-fakta ilmiah, mari kita bayangkan sebuah
skenario kecil; meskipun hal ini sangat mustahil.
Skenario: Jaman dahulu kala, seekor laba-laba
menyadari bahwa ia tidak dapat membangun jaring seperti laba-laba lainnya.
Karenanya, ia mulai mencari-cari di sekitarnya. Pada suatu hari, ia melihat
bahwa ngengat betina menggunakan zat kimia untuk memikat ngengat jantan.
Ia berpikir bahwa untuk menangkap ngengat, ia harus membuat zat kimia
serupa dengan membangun pabrik kimia tersebut di dalam tubuhnya. Namun
masalahnya belum selesai. Karena tanpa kemampuan untuk menangkapnya, tidak
ada artinya mengundang kedatangan ngengat-ngengat tersebut. Sampai di
sini ia mempunyai ide lainnya untuk membuat senjata berbentuk antara lasso
dan tongkat-kebesaran dari benang yang dihasilkannya.
Namun, membuat senjata saja belumlah cukup.
Saat pertama kali berburu, jika tembakan senjatanya tidak mengenai sasaran,
segala usaha sebelumnya menjadi sia-sia. Bahkan lebih buruk dari itu,
ia bisa mati kelaparan. Ternyata tidak demikian. Ia mampu menangkap mangsanya,
bahkan kemudia "berhasil" mengembangkan teknik berburu yang sempurna.
Setelah itu, ia berpikir untuk mengajarkan teknik berburunya secara rinci
kepada laba-laba lain dan kemudian menemukan cara untuk mengalihkan pengetahuannya
ini ke generasi berikutnya.
Ini baru sebagian dari skenario. Namun skenario
ini tidak cukup hanya dalam bentuk tulisan saja, melainkan harus diwujudkan
kedalam kenyataan. Sampai di sini, mari kita pikirkan beberapa alternatif
imajiner dalam lingkup skenario imajiner di atas.
Alternatif imajiner ke-1:
Terdiri dari istilah yang kaum evolusionis menyebutnya sebagai
"Induk Alam", yakni pepohonan, bunga-bunga, langit, air, hujan, matahari,
dll. Kemudian semua kekuatan-kekuatan alam bekerja dengan harmonis membentuk
sebuah sistem yang berfungsi dengan sempurna. Dalam proses ini, laba-laba
tidak dilupakan, tentu saja dengan teknik berburunya yang cakap.
Alternatif imajiner ke-2:
Peristiwa kebetulan murni. Kaum evolusionis lagi-lagi menjelaskannya sebagai
sebuah kekuatan aktif yang membantu laba-laba Bolas, juga pemburu-pemburu
lainnya, sehingga dapat memiliki kecakapan memangsa.
Tentu saja ini hanyalah sebuah fantasi, sebuah
produk imajinasi aktif. Pemilik imajinasi ini adalah para ilmuwan evolusioner.
Sebelum beralih ke jawaban nyata, mari kita lihat betapa tidak logis,
tidak sahih, serta tidak berdasarnya skenario-skenario ini.
Pada kenyataannya, laba-laba Bolas bukanlah
seorang insinyur kimia! Mustahil mahluk ini dapat mempelajari zat kimia
yang dikeluarkan ngengat lalu menganalisisnya, dan kemudian segera tahu
cara membuatnya di dalam tubuhnya. Hal seperti ini sama sekali bertentangan
dengan pikiran, logika, dan sains.
Selain untuk berburu, laba-laba tidak menggunakan
zat kimia tadi untuk hal lainnya. Meskipun dapat membuatnya secara kebetulan,
ia harus memahami kesamaan antara bau yang dikeluarkan ngengat dengan
bau yang dibuatkannya. Untuk itu membutuhkan kecerdasan agar bisa menggunakannya
sesuai dengan keinginan.
Bahkan jika kita terima bahwa laba-laba telah
"belajar" dari alam mengenai bau zat kimia yang dikeluarkan ngengat ini,
serta "cukup pandai" untuk menggunakannya, maka ia harus mampu melakukan
perubahan fisik yang diperlukan untuk menghasilkan zat kimia tersebut.
Mustahil bagi mahluk hidup manapun, atas kehendaknya sendiri, menambah
organ tambahan atau sistem produksi kimia kepada tubuhnya sendiri. Berpikiran
bahwa seekor laba-laba mampu melakukannya, apalagi menyatakannya sebagai
fakta, sama saja dengan meninggalkan jauh-jauh batas-batas logika.
Betapapun mustahilnya, mari kita anggap bahwa
laba-laba mendapatkan semua karakteristik ini secara kebetulan. Kemudian
laba-laba tersebut harus memiliki "pemikiran" tentang cara menggunakan
lasso untuk menangkap ngengat, dan setelah "merancangnya" kemudian mampu
menciptakannya atas kehendaknya sendiri.
Dari sini jelas bahwa dengan mempelajari karakteristik-karakteristik
laba-laba Bolas secara saksama, orang akan memahami betapa menggelikannya
teori evolusi itu. Teori yang melulu berlandaskan kepada konsep kebetulan.
Jelas bahwa suatu peristiwa kebetulan tak akan bisa membuat laba-laba
memiliki keistimewaan-keistimewaan di atas, yakni kecerdasan, perencanaan
dan taktik-taktik berburu. Lebih jauh lagi, sampai kapan pun laba-laba
tidak akan mampu menciptakan sendiri keistimewaannya itu. Tidak perlu
pemikiran yang panjang dan keras ataupun riset untuk memahami hal ini.
Dengan sedikit akal sehat sudah cukup untuk melihat kebenaran yang jelas-jelas
nampak ini.
Maka jelas sekali bahwa skenario kaum evolusi
sungguh teramat keliru. Yang tersisa hanyalah kebenaran: Bahwa situasi
yang kita bahas memerlukan adanya aksi penciptaan yang sangat khusus.
Tuhan lah yang menciptakan semua mahluk hidup, tetumbuhan, binatang, dan
serangga, Tuhan memiliki kekuatan, pengetahuan, kecerdasan, dan kebijakan
tanpa batas.
'Tuhan langit dan bumi dan segala sesuatu di
antaranya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun' (Surat Shad: 66)
Pintu-perangkap Untuk Hidup Di Gurun
Saat memburu mangsanya, laba-laba pintu-perangkap hanya meletakkan kaki-kaki depannya di luar. |
Bagi kebanyakan mahluk hidup, panasnya iklim
gurun bisa mematikan. Namun, beberapa mahluk memiliki kecakapan untuk
dapat bertahan terhadap panasnya gurun. Baik teknik-teknik berburu, susunan
tubuh, ataupun cara perilaku mereka membuatnya hidup nyaman di lingkungan
gurun. Salah satu pesies yang menjadi pokok bahasan buku ini, yakni laba-laba,
memiliki karakteristik-karakteristik yang diperlukan untuk dapat hidup
di gurun. Mahluk yang dikenal sebagai "laba-laba pintuperangkap" ini menggunakan
rumah berpenyekat di dasar gurun sebagai pelindung dari panas dan sebagai
perangkap untuk menangkap mangsanya.
Mula-mula laba-laba ini menggali liang di dalam
tanah. Kemudian memelester bagian dalam terowongan dengan campuran tanah
dan cairan yang dihasilkan tubuhnya. Proses ini memperkuat dinding terhadap
bahaya keruntuhan. Selanjutnya ia menutupi dinding-dinding ini dengan
benang buatannya. Teknik pelesteran ini serupa dengan teknik isolasi termal
yang kita gunakan dewasa ini. Dengan cara ini, bagian dalam sarang menjadi
tahan terhadap temperatur luar yang tinggi.
Telah kami sebutkan pula bahwa sarang ini digunakan
pula sebagai perangkap. Laba-laba ini membuat tutup sarang dari sutera
buatan sendiri. Salah satu sisinya dilekatkan ke sarang dengan engsel
benang yang kokoh, layaknya sebuah pintu rumah. Pintu ini juga menjadi
tempat persembunyian laba-laba dari mangsanya, yang disamarkannya dengan
serpihan daun, semak-semak dan tanah. Kemudian membuat tegang benang-benang
yang ada di bawah daun, dari arah luar menuju ke bagian dalam sarang.
Ketika segalanya telah siap, laba-laba masuk ke sarang dan menunggu mangsanya
datang. Ketika serangga mendekati sarang dan menginjak daun atau tanah
di atasnya, benang-benang di bawah tanah akan bergetar. Berkat getaran
inilah, laba-laba mengetahui bahwa mangsanya telah dekat.
Gambar ini memperlihatkan jalan masuk ke pintu jebakan sarang laba-laba. |
Laba-laba pintu-perangkap dapat hidup selama
10 tahun di dalam sarangnya. Ia menjalani seluruh hidupnya di dalam terowongan
gelap dan hampir tak pernah keluar. Bahkan saat membuka daun penutup untuk
mengejar mangsanya, kaki belakangnya tidak pernah meninggalkan sarang.
Jika pintu ini terbuka oleh ranting, laba-laba akan berusaha keras untuk
menutupinya kembali. Laba-laba betina tidak pernah meninggalkan sarang,
sedangkan yang jantan hanya keluar untuk mencari pasangan. Saat tiba waktu
untuk berkembang biak, laba-laba betina menutup pintu rapat-rapat dengan
benang buatannya. Telah diamati bahwa induk laba-laba dapat tinggal selama
setahun di dalam sarang tanpa meninggalkannya.
Laba-laba pintu-perangkap berburu pada malam
hari dan menutup rapat pintu sarangnya pada siang hari. Ketika malam mulai
tiba, laba-laba membuka sebagian tutup sarang untuk memastikan bahwa hari
telah benar-benar gelap. Jika telah gelap, tutup sarang dibuka sebagian
dan melonjorkan kaki depannya keluar. Posisi ini bisa bertahan hingga
berjam-jam. Jika ada semut mendekat, laba-laba segera menerkam secepat
kilat dan menariknya kedalam liang. Tutup sarang akan otomatis menutup
karena beratnya sendiri.
Tidak diragukan bahwa untuk belajar hidup dengan
cara di atas dibutuhkan kemampuan yang menuntut kecerdasan, misalnya kemampuan
membangun. Mustahil bahwa kemampuan untuk melindungi diri dari hawa panas
atau untuk menyamarkan diri ini diperoleh secara kebetulan, atau dengan
cara coba-coba. Bahkan sebelum membangun terowongan, ia "tahu" akan menggunakan
suteranya untuk melindungi diri dari teriknya panas, akan menggunakan
benang yang sama untuk membuat penutup sarang, akan menggunakan sarangnya
untuk bersembunyi dari musuh-musuh dan sekaligus sebagai perangkap, dan
akan melahirkan keturunannya dengan aman di dalam sarang yang berselimutkan
sutera ini. Jika tidak demikian, laba-laba yang pertama kali muncul akan
mati karena panas atau kelaparan di tengah-tengah gurun. Itu artinya kepunahan
dari spesies ini.
Lebih dari itu, setiap laba-laba yang baru lahir
berperilaku sama. Membangun sarang dan mencari makan dengan cara yang
sama. Karenanya, laba-laba pertama tidak hanya cukup dengan memiliki keistimewaan
yang menakjubkan ini, melainkan harus mampu pula mewariskan semua kemampuannya
kepada generasi berikutnya. Ini hanya bisa terjadi jika pengetahuan ini
melekat erat dalam gen-gen laba-laba. Selain semua fakta ini, kita masih
menghadapi beberapa pertanyaan. Bagaimana laba-laba pintu-perangkap bisa
memiliki karakteristik-karakteristik ini, dan siapa yang melekatkan kemampuan
itu kedalam gen-gennya?
Sementara teori evolusi mencoba menjelaskannya
dengan konsep-konsep semacam insting, mekanisme imajiner, kejadian kebetulan,
atau Induk Alam, pola-pola perilaku cerdas ini: kemampuan merencanakan,
pemilihan dan implementasi taktis, dan konstruksi tubuh tanpa cacat, pada
kenyataannya hanya bisa memiliki satu penjelasan. Tuhan lah yang memberi
semua mahluk hidup kecakapan yang dimilikinya. Dia menciptakan mereka
lengkap dengan kecakapannya. Tuhan memiliki pengetahuan tiada tara.
Laba-laba Penyamar Yang Ulung
Warna bunga dan laba-laba di gambar ini benar-benar serupa. Begitu miripnya sehingga beberapa serangga mengira laba-laba adalah bunga dan mendarat di atasnya. Kekuatan yang membuat kedua makhluk hidup ini betitu bersesuaian satu sama lain, dengan warna yang identik, adalah Tuhan. |
Bertentangan dengan kepercayaan
umum, banyak jenis laba-laba berburu tanpa membangun jaring. Salah satunya
adalah Laba-laba kepiting. Ia menyamarkan dirinya pada bunga-bungaan dan
menyantap lebah-lebah yang hinggap padanya.6
Dengan menggunakan kemampuannya, laba-laba kepiting
merubah warna tubuhnya menjadi kuning atau putih sesuai warna bunga. Kakinya
disembunyikan dengan sempurna ditengah-tengah bunga dan bersiap diri menunggu
mangsa. Warna tubuhnya menyamai warna bunga tempat ia bersembunyi dengan
sempurna. Hanya dengan perhatian yang saksama saja laba-laba ini dapat
dibedakan dari bunga tempat persembunyiannya.
Laba-laba ini beraksi ketika seekor lebah hinggap
untuk menghisap madu dari bunga dimana ia siap menyergap. Pada ketika
itu, laba-laba secara perlahan-lahan merangkulkan kaki-kakinya ke tubuh
lebah, kemudian dengan gerakan cepat menggigit kepala lebah dan menyuntikan
bisa langsung ke otak mangsanya. Setelah itu, ia memakan korbannya. Laba-laba
dapat menyamarkan dirinya pada bunga dengan begitu cerdik sehingga kupu-kupu
atau lebah kadang hinggap tepat di atasnya tanpa menyadarinya.
Apakah laba-laba bisa berubah warna karena kejadian yang
kebetulan? Apakah ia mempelajari bunga-bunga kemudian menyalin warnanya
dan kemudian merubah warna tubuhnya? Jelas bahwa laba-laba tidak memiliki
kemampuan seperti itu. Selain beberapa pusat syaraf, ia bahkan tidak memiliki
otak untuk berpikir. Lebih dari itu, laba-laba adalah mahluk yang buta
warna. Ia tidak mengetahui warna putih atau pun merah muda. Bahkan jika
kita beranggapan bahwa ia mampu menyesuaikan warna tubuhnya, mustahil
baginya membuat warna tersebut di dalam tubuhnya sendiri. Tuhan Yang Maha
Perkasa lah yang membuat laba-laba mampu membedakan dan menghasilkan warna-warna.
Di samping memiliki bayangan warna yang sama dengan bunga yang mereka diami, beberapa laba-laba bahkan mempunyai pola yang sama.
Laba-laba Caerostis berburu di malam hari. Pada
saat fajar ia membongkar jaringnya dan menunggu malam datang lagi.
Ranting yang diserupainya, di mana ia berada sepanjang hari, menyamarkannya.
Laba-laba (atas) tetap menyerupai pasir yang ia
lewati. Orang harus melihat dengan sangat saksama untuk membedakan
laba-laba itu dari latar belakangnya.
|
Jelas bahwa Tuhan telah menciptakan laba-laba
dengan kemampuan untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan warna bunga.
Keadaannya bagaikan dua gambar yang dibuat dalam kanvas yang sama, dengan
cat-cat yang sama dan disapu dengan warna dan nuansa yang sama, dan sangat
bersesuaian sehingga tidak dapat dijelaskan oleh dongeng tentang 'kejadian
yang kebetulan'.
Berburu Dengan Jaring Tangga Melingkar
Bagi banyak mahluk hidup, jaring laba-laba merupakan
perangkap maut. Namun ada beberapa mahluk yang dapat selamat dari perangkap
maut ini. Sebagai contoh, ngengat-biasa tidak mempan terhadap jaring laba-laba
karena debu pada tubuhnya menutupi perekat pada jaring dan membuatnya
menjadi tidak efektif. Berkat debu inilah ngengat dapat lolos dengan mudah.
Namun ngengat masih dapat terjerat oleh jaring
yang konstruksinya tidak biasa. Jaring laba-laba Skoloderus, yang tinggal
di daerah tropis, berbeda dari kebanyakan jaring, dan tampilannya mirip
dengan kertas-lalat. Dengan cara ini, Skoloderus mudah menangkap ngengat.
Laba-laba Skoloderus membangun jaring yang panjangnya satu meter dengan
lebar 15-20 sentimeter, mirip sebuah tangga. Ngengat yang tertangkap jatuh
ke dasar jaring. Selama jatuh, ngengat kehilangan sebagian besar debu
pelindung yang mencegahnya menempel pada jaring biasa, dan akhirnya terjerat
dalam perangkap Skoloderus.
Jadi, laba-laba ini memiliki teknik yang sangat
berbeda dari spesies lainnya. Yang perlu dicatat dari metode berburu ini
adalah bahwa laba-laba ini membuat jaring dengan keistimewaan mampu menangkap
serangga yang diburunya. Dengan konstruksi jaring yang lain daripada yang
lain, spesies laba-laba ini merupakan bukti dari karya-cipta Tuhan yang
tiada tara.
Laba-laba Pelempar-Jala: Dinopis
Jaring Dinopsis, tidak seperti milik laba-laba lain, mempunyai keunikan berupa dilemparkan kepada korbannya. |
Laba-laba berwajah-raksasa ini, yang nama ilmiahnya
Dinopis, menggunakan teknik berburu yang sangat luarbiasa dan menakjubkan.
Bukannya membangun jaring yang tetap dan menanti mangsa, ia membuat jaring
khusus yang dilempar kepada mangsanya. Selanjutnya membungkus mangsanya
di dalam jaringnya ini. Serangga yang tertangkap mati terpedaya. Kemudian
ia membungkus mangsanya dengan benang yang baru agar menjadi sebuah "paket"
yang tetap segar untuk konsumsi masa datang.7
Jelas bahwa laba-laba ini menangkap mangsanya
dengan kerangka kerja yang terencana. Suatu perencanaan dan pembuatan
jaring dengan ukuran, bentuk dan kekuatan yang tepat, sehingga sesuai
untuk metode berburu semacam ini. Hal ini dan cara membungkus mangsanya
merupakan aktivitas-aktivitas yang membutuhkan kemampuan superior yang
berdasarkan kecerdasan. Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa konstruksi
jaring laba-laba ini tidak memiliki cacat.
Dalam segala segi, jaring Dinopis merupakan
sebuah keajaiban perencanaan. Sementara susunan kimia dari suteranya saja
merupakan keajaiban tersendiri, teknik penggunaan jaringnya juga sangat
menarik. Ketika laba-laba ini menunggu mangsanya, jaringnya mirip sarang
sempit yang terbuat dari jerami. Namun penampilan adem ini sebenarnya
sebuah tipuan. Ketika laba-laba beraksi menangkap mangsanya, ia menggunakan
kaki-kakinya membalikkan jaring tersebut dari dalam ke luar sehingga menjadi
sebuah perangkap maut. Mangsa pun tak dapat lolos darinya.
Bagaimana laba-laba ini bisa membuat jaring
dengan perencanaan mekanik dan konstruksi kimia yang demikian sempurna?
Pekerjaan ini bukanlah hal yang sederhana, melainkan memerlukan perencanaan,
sesederhana apapun. Masing-masing memerlukan rencana dan pengalaman yang
berbeda. Hal ini dapat kita gambarkan sebagai berikut. Saat menerangkan
jaring laba-laba, kami sering menggunakan ungkapan "seperti renda". Karena
kemiripan inilah, tidak salah jika dikatakan bahwa laba-laba sebenarnya
sedang membuat renda.
Gambar-gambar ini menunjukkan tahap-tahap dari
teknik perburuan Dinopis. Laba-laba ini bergantung pada seutasbenang
yang dicantolkannya pada sebuah dahan atau ranting. Lalu ia menunggu
untuk menyergap. Tidak ada jalan kabur bagi mangsa yang lewat di
bawahnya. Laba-laba ini tiba-tiba melompat dan melemparkan jaringnya
kepada mangsanya.
|
Mari kita bayangkan seorang laki-laki di jalanan
diberi peralatan untuk membuat renda (bidal, jarum-jarum, benang, dll)
dan kain katun. Tanpa pengalaman sebelumnya, dapatkah orang ini membuat
renda saat pertama kali mencobanya? Atau dapatkah kita membayangkan taplak-meja
rendaan yang terbentuk dengan sendirinya dari ikatan-ikatan yang terjadi
secara kebetulan? Tentu saja mustahil.
Mustahil suatu rencana muncul dengan sendirinya,
karena hal itu membutuhkan kecerdasan, kecakapan, dan cara untuk menyampaikan
informasi. Agar suatu mahluk hidup dapat membuat rencana, dan lebih jauh
lagi, agar ia mampu melaksanakan rencana tersebut tanpa kegagalan, maka
mahluk ini harus lah "cerdas". Namun mustahil untuk menerima bahwa seekor
serangga bisa cerdas, dapat berpikir dan membuat rencana. Yang demikian
itu merupakan rantai logika yang dangkal untuk bisa sampai kepada kebenaran,
dan tidak mencerminkan realitas. Mesti ada kekuatan yang memberi serangga
ini kecerdasan, atau lebih tepatnya mengarahkannya, yang mengajarinya
apa yang harus dilakukan, atau lebih tepatnya membuatnya melakukan tugasnya.
Dengan kata lain, serangga tersebut ada Pembuatnya.
Seperti telah kita lihat, jelas benar bahwa
mahluk hidup ini diciptakan oleh Tuhan. Namun kaum evolusionis menafikannya,
malah menduga-duga dengan kemungkinan-kemungkinan khayalan. Kepatuhan
kepada teorinya sendiri membuat mereka tidak mampu berpikir sehat, melihat,
ataupun mendengar. Hal itu telah membuat mereka buta terhadap kebenaran
yang nyata dan tak dapat menerima apa yang mereka lihat dan fahami.
Menurut kaum evolusionis, Dinopis membuat jaring
istimewanya itu secara kebetulan, dan belajar menggunakan jaringnya itu
secara kebetulan pula. Setiap orang yang berakal sehat dapat melihat bahwa
kejadian demikian itu sangat mustahil. Meskipun jelas mustahil, mari kita
anggap bahwa Dinopsis dapat membuat jaringnya secara kebetulan. (Akan
kita abaikan asal muasal terjadinya Dinopsis, juga bagaimana mahluk ini
menghasilkan zat kimia dalam tubuhnya untuk membuat jaring, kita menerimanya
sebagai bakat bawaan). Dalam hal ini, ada beberapa pertanyaan yang harus
dijawab: Jika jaring pertama dibuat secara kebetulan, bagaimana terjadinya
jaring yang kedua dan ketiga? Bagaimana laba-laba dapat menghasilkan jaring
yang tepat sama dengan membuatnya secara kebetulan (sembarangan)? Bagaimana
laba-laba yang baru lahir mengetahui cara membuat jaring, membuat jaring
dengan mutu yang berbeda dengan laba-laba lainnya, serta bisa melemparkan
jaring tersebut kepada mangsanya?
Hanya ada satu jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
ini. Karena tak mampu belajar, atau mengingat dalam hati, dan tidak memiliki
otak yang memadai untuk melakukan hal-hal ini, laba-laba mendapatkan semua
itu karena anugerah Tuhan, Pencipta Yang Maha Kuasa dari seluruh mahluk
hidup.
Laba-laba Portia: Penipu Ulung
Laba-laba Portia meniru dan memburu spesiesnya sendiri. Misalnya, Portia (bawah), dalam gambar ini, menipu Euryattus betina (atas) yang tinggal di daun tergulung yang ditahan dengan benang-benang sutera, dengan meniru upacara perkawinan laba-laba Euryattus.. Tentu saja mustahil bagi seekor laba-laba menemukan dan melakukan “kecakapan imitatif” ini dengan sendirinya. Laba-laba diciptakan Tuhan dengan keistimewaan ini. |
Berbeda dari kebanyakan laba-laba, selain membuat
jaring, laba-laba Portia Fimbriata memburu mangsanya jauh dari jaringnya
sendiri. Keistimewaan lain dari Portia adalah lebih menyukai spesiesnya
sendiri dibanding serangga lain sebagai makanannya. Oleh karena itu, medan
perburuannya umumnya jaring-jaring laba-laba lain. Saat berburu, ia menggunakan
strategi menarik.
Umumnya, Portia mendarat pada
sebuah jaring ketika angin bertiup atau saat seekor serangga sedang berusaha
membebaskan diri. Getaran yang kuat dari serangga tersebut menyamarkan
goncangan yang ditimbulkan Portia saat mencari mangsa. Jika dilihat, nampak
seperti serpihan daun yang ditiup angin ke arah jaring. Tidak seperti
laba-laba lain yang melompat kegirangan saat menerkam mangsanya, Portia
bergerak dengan perlahan. Ketika sampai ke jaring, ia melakukan penipuan
dengan memetik dan menepuk-nepuk sutera jaring dengan kaki-kakinya, meniru
seekor serangga yang terperangkap. Ketika pemilik jaring mendekat, Portia
bersiaga dan menanti saat yang tepat untuk menerkam.8
Laba-laba Portia juga menipu
anggota spesies mereka sendiri dengan meniru tingkah mereka. Misalnya
dengan meniru ritual perkawinan laba-laba Euryattus yang tinggal dalam
daun tergulung yang tergantung dengan tali-tali sutera. Dengan duduk di
atas rumah laba-laba betinanya, Portia menggoyang-goyangkan daun tersebut,
menari di atasnya seperti Euryattus jantan. Tertipu oleh gerakan itu,
laba-laba betina tersebut keluar dari sarangnya.9
Bagaimana Portia dapat meniru isyarat-isyarat
laba-laba jenis lain, dan mengapa ia memilih cara berburu yang berbeda?
Tidak logis jika kita beranggapan bahwa seekor laba-laba dapat "meniru
kecakapan" dan karenanya memilih teknik berburu yang menarik seperti itu.
Laba-laba ini berburu dengan cara demikian karena begitulah ia diciptakan
oleh Tuhan. Dengan contoh demikian, Tuhan menunjukkan kepada kita sifat
karya-ciptaNya yang tiada tara.
Teknik Memancing Dari Laba-laba Dolomedes
Laba-laba yang menunggu untukmenyergap di jaring mereka yang ringkih dan bersembunyi di tengah rerimbunan, diciptakan sebagai mesin pembunuh sejati. Mereka bahkan dapat berjalan di air untuk berburu (bawah). Jika perlu mereka dapat membangun sebuah lonceng dan hidup di bawah air. |
Beberapa laba-laba bahkan harus berburu di lingkungan
yang tidak terduga. Medan perburuan laba-laba air Dolomedes, misalnya,
adalah permukaan air. Laba-laba ini sering ditemukan di tempat-tempat
dangkal seperti rawa dan parit.
Laba-laba air, yang tidak memiliki penglihatan
yang baik, menghabiskan hampir seluruh waktunya di dekat air dengan membuat
benang-benang sutera dan menyebarkannya di sekitarnya. Konstruksi ini
mempunyai dua fungsi: sebagai peringatan batas wilayah kepada laba-laba
lainnya, dan sebagai jalur penyelamatan jika terjadi bahaya tak terduga.
Spesies laba-laba ini dapat bergerak dengan nyaman di atas air, berkat cairan tahan air pada kaki-kakinya. Gambar ini menunjukkan seekor laba-laba air yang baru saja menangkap ikan. |
Cara berburu yang paling sering digunakan laba-laba
ini adalah dengan meletakkan empat kakinya di air sementara empat yang
lainnya di tanah kering. Saat melakukan ini, ia menggunakan teknik yang
sangat pandai untuk mencegah tubuhnya tenggelam. Kaki-kaki yang akan dipakai
di air ditutupi dengan pelapis anti-air dengan cara melewatkannya ke taringnya.
Ia kemudian mendekati sisi air. Dengan mendorong tubuhnya ke air secara
sangat hati-hati, laba-laba ini bergerak ke permukaan air. Ia memasukkan
taring dan perabanya di bawah air sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
permukaan air. Ia kemudian menunggu kedatangan mahluk hidup dengan mata
memandang ke sekitarnya, sementara kaki-kakinya merasakan getaran air.
Untuk makanannya, laba-laba ini harus menemukan mangsa sedikitnya sebesar
ikan "Golyan", seperti nampak dalam gambar.
Ketika laba-laba ini berburu,
ia diam tak bergerak hingga ikan mendekat sekitar 1,5 sentimeter dari
mulutnya. Setelah mangsa ada dalam jarak sasaran, dengan cepat ia masuk
ke dalam air dan menangkap ikan dengan kaki-kakinya, dan menggigitnya
dengan taring beracunnya. Untuk mencegah ikan tenggelam, yang jauh lebih
besar dari dirinya, ia cepat-cepat membalikkan tubuhnya. Bisa yang disuntikkan
bekerja dengan cepat. Selain mematikan mangsanya, bisa tersebut juga melarutkan
organ-organ dalam dari mangsanya menjadi semacam sup yang mudah dicerna.
Setelah mangsanya mati, laba-laba ini menyeretnya ke pinggir dan menyantapnya.10
Sampai disini, terpikir berbagai pertanyaan.
Bagaimana laba-laba ini bisa memiliki lilin yang mencegahnya tenggelam?
Bagaimana ia mempelajari cara melapisi kaki-kakinya dengan lilin tersebut
agar tidak tenggelam? Bagaimana laba-laba tahu formula lilin dan cara
membuatnya? Laba-laba tentu tidak mendapatkannya dari belajar. Setiap
keistimewaan ini memerlukan kecerdasan dari bidang keahlian tersendiri.
Seperti mahluk hidup lainnya, laba-laba yang bisa bertindak cerdas sehingga
mampu membuat rencana dan mempraktekkannya, mendapat inspirasi dari Tuhan.
Dalam salah satu ayatNya, Tuhan menyatakan bahwa Dia memberi kepada setiap
mahluk perbekalannya sendiri-sendiri:
Tiada satu mahluk melatapun di bumi melainkan
Allah lah yang memberi rezkinya. Dia mengetahui tempat tingalnya dan tempat
penyimpanannya. Semuanya ada dalam Kitab yang nyata. (Surah Hud:6)
Teknik Menyelam Laba-laba Lonceng
Gelembung milik laba-laba air pada gambar ini direncanakan sebagai cara yang paling ideal untuk hidup di bawah air. Mustahil laba-laba menemukan cara hidup di bawah air ini secara kebetulan. Allah-lah yang menciptakan laba-laba dengan karakteristik ini. |
Laba-laba air dari wilayah hangat Asia dan Afrika
menghabiskan kebanyakan waktunya di bawah air. Karenanya, mereka membuat
sarang di dalam air.
Untuk membangun sarangnya, mula-mula laba-laba
ini membuat sebuah bidang rata antara tangkai-tangkai atau dedaunan di
dalam air. Bidang rata ini dilekatkannya ke tangkai-tangkai dengan benang-benang
suteranya. Selain untuk menstabilkan bidang datar, benang-benang ini juga
berfungsi sebagi ciri untuk pulang ke rumahnya, juga bekerja seperti radar
yang memperingatkan adanya mangsa yang mendekat.
Setelah bidang rata terbentuk, laba-laba mengangkut
gelembung udara ke bawahnya dengan kaki-kaki dan tubuhnya. Dengan cara
ini, jaring menggembung ke atas. Dengan semakin banyak udara yang ditambahkan,
bentuk jaring menjadi serupa lonceng. "Lonceng" ini lah sarang tempat
tinggalnya.
Pada sianghari, laba-laba menanti di sarangnya.
Jika ada binatang yang lewat, terutama serangga atau larva, ia menerkam
dan menyeretnya ke sarang untuk di santapnya. Serangga yang jatuh ke atas
permukaan air menimbulkan getaran. Laba-laba dapat merasakannya dan segera
muncul ke permukaan untuk mengejarnya dan menariknya ke bawah air. Laba-laba
ini bahkan menggunakan jaringnya di permukaan air. Baik serangga maupun
korban lainnya yang jatuh kedalam jaringnya mengalami hal yang sama.
Ketika musim dingin menjelang,
laba-laba harus berjaga-jaga agar tidak membeku. Karena alasan inilah,
saat musim dingin tiba, laba-laba air ini turun lebih dalam. Pada saat
itu, ia akan membuat lonceng musim dingin dan mengisi bagian dalamnya
dengan udara. Beberapa laba-laba lainnya pindah ke cangkang siput-laut
yang kosong. Ia tidak pernah bergerak di dalam loncengnya, dan hampir
tidak menggunakan energi yang ada selama musim dingin. Ini untuk menghemat
energi dan mengurangi penggunaan oksigen. Ini berarti bahwa gelembung
udara yang dibawanya menuju lonceng dapat bertahan hingga 4-5 bulan selama
musim dingin.11
|
||
a) Laba-laba rakit bersiap untuk berburu di air.
b) Laba-laba tersebut, yang merasakan gerakan di dalam air dengan kaki-kakinya, menunggu tak bergerak sampai seekor ikan “Golyan” mendekat. c-d-e) Setelah menangkap dan meracuni ikan itu, ia membawanya ke darat. |
Dapat kita lihat bahwa gelembung udara dan teknik
berburu laba-laba ini merupakan cara yang ideal untuk hidup di bawah air.
Mustahil bagi mahluk hidup bisa mencari penghidupannya di bawah air secara
kebetulan. Jika suatu mahluk tidak memiliki keistimewaan yang diperlukan
untuk hidup di bawah air, ia akan mati tenggelam segera setelah masuk
ke dalamnya. Dia tak akan sempat menunggu terjadinya hal yang kebetulan,
atau yang lainnya. Karenanya, mahluk darat yang dapat hidup di bawah air
karena kecakapannya yang sesuai untuk itu, berutang budi kepada keberadaan
kecakapannya itu. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa laba-laba air,
yang memiliki karakteristik dan kemampuan istimewa ini, diciptakan Tuhan
dalam keadaannya yang sempurna.
Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata pun melainkan Dia lah yang
memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.
(Surat Hud:56)
Laba-laba Yang Menyerupai Roda
Ketika menghadapi bahaya, beberapa spesies laba-laba
di gurun Namibia, Afrika Barat-Daya, menarik kaki-kakinya sehingga membentuk
tubuhnya tepat seperti roda. Dengan gerakan jungkir-balik yang berulang,
ia menjauh dari bahaya dengan cepat.
Ukuran laba-laba ini sekitar 2,5-3 sentimeter
dan dapat bergerak dengan kecepatan 2 meter per detik. Sebagai bahan perbandingan,
putaran tubuh laba-laba dalam bentuk rodanya sama dengan putaran roda
kendaraan dengan kecepatan 40 kilometer per jam.
Laba-laba ini, yang sengaja membangun sarangnya di puncak bukit pasir, melenting begitu lebah liar mulai menggali sarangnya. (Bawah) untuk memperoleh kecepatan, pertama laba-laba mengambil beberapa langkah, kemudian, sambil melipat masuk kelima kakinya yang berhubungan, ia bergerak cepat, seperti roda yang berguling menuruni bukit. |
Beberapa spesies laba-laba menggunakan teknik
ini untuk kabur dari musuhnya. Musuh yang paling sering dihadapi adalah
tawon liar betina. Ketika laba-laba ini, yang membuat sarangnya di atas
bukit pasir, merasakan keberadaan tawon-tawon yang mulai menggali sarangnya,
ia segera berlari keluar. Mula-mula ia mengambil beberapa langkah untuk
membangun kecepatan. Kemudian melipat kaki-kakinya kedalam dan menggelinding
kebawah untuk kabur. Jika saja laba-laba ini membangun sarangnya di bawah
bukit, ia tidak akan bisa mendapatkan kecepatan yang diperlukan untuk
kabur, dan karenanya akan tertangkap. Karena itulah ia membangun sarangnya
di atas bukit. Tindakan siaga ini, meskipun tidak bertemu musuh, merupakan
perilaku yang sadar. Tidak dapat diragukan bahwa Tuhan lah yang mengilhaminya
untuk melakukan hal itu. Tuhan mencipta tanpa contoh sebelumnya, dan Dia
Maha Melihat kepada semua ciptaanNya.
Laba-laba Peludah
Spesies laba-laba yang dikenal
sebagai Scytodes membunuh korbannya dengan menyemprotkan campuran racun
dan zat perekat. Cairan-cairan ini dibuat di dalam kelenjar besar di belakang
matanya. Kelenjar ini terbagi dalam dua rongga. Yang satu berisi racun,
yang lainnya berisi zat perekat. Laba-laba ini mengerutkan otot-otot di
sekitar rongga perekat, maka zat perekat menyembur dari taringnya. Dengan
pola semburan zig-zag, zat perekat ini membentuk jala yang merekatkan
mangsa ke daun atau ranting yang dilewatinya.12 Dengan
membuat mangsanya tak dapat bergerak dan melekat pada cabang atau daun,
ia dapat menyantapnya di kemudian waktu.
Perangkap Pasilobus
Laba-laba yang hanya ditemukan di New Guinea
ini sangat ahli dalam mempersiapkan perangkap. Jaring-jaring yang dibuat
Pasibolus sangat lengket. Keseluruhan jaring dikalungkan di antara dua
buah titik tetap. Ikatan pada ujung yang satu sangat ketat, sementara
ujung yang lainnya dibiarkan longgar. Ini bukan suatu kesalahan, atau
akibat kelalaian laba-laba. Bukti bahwa hal ini sebagai strategi berburu
dapat kita ketahui saat seekor mangsa mendekat. Ketika seekor ngengat
terbang menabrak jaring, ikatan yang longgar terlepas. Karena ujung yang
satunya terikat kuat, serangga tersebut tetap tergantung bagai kantung
yang tergantung di udara. Kemudian Pasibolus mendekatinya dan menyemprotkan
zat perekat ke tubuhnya secara merata mulai dari kepalanya. Dengan cara
ini, laba-laba ini menangkap mangsanya hidup-hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar