Merentang Sejarah Indonesia Lewat Lokomotif
Lokomotif
GE tidak akan pernah terlupakan dalam sejarah Indonesia. Kuda besi ini
bukan hanya sebagai sarana transportasi biasa. Tahun 1955, rombongan KAA
I turut merasakan jasa dari lokomotif diesel pertama GE, CC 200.
Matahari cukup
hangat menyapa kota Cirebon siang itu. Deru mesin diesel lokomotif mulai
terdengar khas dari kejauhan. Di seberang rel, pantulan cahaya matahari
membentuk siluet dari sebuah lokomotif klasik, CC 200. Lokomotif hasil
produksi General Electric (GE) berwarna kombinasi kuning gading dan
hijau tua ini belum jua menyerah pada waktu. Lokomotif lawas itu kini masih terparkir di Dipo Perbaikan Daerah Operasi (DAOP) 3 Cirebon.
Tua terbukti
bukanlah penghalang bagi loko klasik buatan GE itu. Hingga kini
lokomotif CC 200 tidak canggung ketika berpapasan dengan lokomotif
modern, seperti jenis CC 203 yang menarik rangkaian Argo Bromo dan loko
CC 201 untuk rangkaian Cirebon Express. Kualitas dan perawatan yang baik
membuat CC 200 masih cukup perkasa beroperasi di atas rel, meski hanya
untuk pengoperasian internal.
Diesel Menggantikan Uap
Lokomotif CC
200 menggantikan kerja lokomotif uap yang sebelumnya akrab di telinga
masyarakat Indonesia di era sebelum kemerdekaan. Lokomotif jenis ini
mulai dipakai untuk menarik rangkaian gerbong sejak dibukanya jalur
jalan rel yang pertama di Indonesia, yaitu antara Kemijen ke Tanggung,
Semarang pada tahun 1867 sepajang 26 km. Lokomotif yang digunakan adalah
lokomotif uap seri B1, yaitu lokomotif yang mempunyai 2 gandar roda
penggerak dan 1 gandar roda pengantar (idle) dan mempunyai tender
bergandar 3.
Dalam
perkembangan selanjutnya, berbagai jenis lokomotif uap didatangkan dari
Eropa terutama dari Jerman, Belanda, dan Amerika. Lokomotif yang berdaya
sampai 1850 PK ini beroperasi di berbagai perusahaan kereta api, baik
perusahaan swasta seperti NIS (Nederlandsch Indische Spoorwegen) dan perusahaan pemerintah yaitu SS (Staats Spoorwegen).
Di awal tahun
1950 pengadaan lokomotif uap mulai dihentikan oleh Pemerintah.
Penyebabnya, para produsen lokomotif ini di Eropa dan Amerika mulai
menghentikan produksinya. Sejak saat itu, berbagai diskusi dilakukan
oleh para petinggi DKA (Djawatan Kereta Api) untuk mengubah lokomotif
kereta api uap menjadi yang lebih modern, diesel. Perubahan tersebut
bukanlah perkara mudah, karena saat itu belum ada orang yang mengerti
perawatan dan operasional lokomotif diesel. Akhirnya palu diketuk,
Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno menyetujui pembelian lokomotif diesel
tipe elektrik ini.
Pada tahun
1953, sebanyak 27 buah lokomotif CC 200 didatangkan dari Amerika
Serikat. Lokomotif hasil inovasi GE ini memiliki berat 96 ton, dengan 3
bogie, yakni 2 bogie penggerak dan 1 bogie idle. Dengan motor diesel ALCO 244E, jenis 4 tak dan berkekuatan 1750 HP (Horse Power), CC 200 mampu melaju hingga 100 km/jam.
Dalam
mengenalkan operasional lokomotif diesel, GE sejak tahun 1953 - ketika
pertama kali kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam mendatangkan CC
200, mengadakan training langsung di pabrik lokomotif GE di
Amerika Serikat. Teknisi GE mengadakan pelatihan lokomotif diesel selama
6 bulan untuk para sarjana muda yang ditunjuk pemerintah.
Selama
pengabdiannya, lokomotif kebanggaan seluruh Rakyat Indonesia ini pernah
menjadi bagian penting peristiwa bersejarah dunia yakni Konferensi Asia
Afrika (KAA). Lokomotif kuning-hijau ini ikut menyukseskan upaya
bersatunya negara-negara Asia Afrika menjalin kerjasama
ekonomi-kebudayaan dan melawan dominasi barat. Pada April 1955,
lokomotif CC 200 turut andil membawa rombongan KAA I dari Jakarta ke
Bandung.
Setelah CC 200,
GE kembali membawa lokomotif diesel ciptaannya ke Indonesia. CC 201, BB
203, CC 203 dan CC 204 berturut-turut menjadi andalan moda transportasi
kereta api di masanya hingga kini. Medan yang unik di Indonesia, dari
mulai pesisir yang datar, sampai ke pegunungan yang banyak tanjakan dan
tikungan butuh kuda besi yang mumpuni dan handal dalam menjelajahi
medan-medan tersebut. Teknisi-teknisi GE berupaya menciptakan lokomotif
yang sesuai dengan medan di Indonesia dengan terus melakukan riset-riset
dan pengembangan dalam meningkatkan performa. Salah satunya menciptakan
CC 201 yang dihadirkan di Indonesia sebanyak 28 unit pada tahun 1977.
Kehadiran CC
201 merupakan sebuah evolusi bagi era lokomotif diesel di Indonesia.
Lahir sebagai penerus CC 200, Lokomotif ini dikenal sebagai lokomotif
terkuat pada masanya, dengan bobot yang relatif ringan pula. Lokomotif
bernama asli U-18 C ini mampu menghasilkan tenaga 1800 dk dengan bobot
yang hanya 84 ton. Jauh di atas CC 200 dengan bobot 96 ton, daya yang
dihasilkan 1600 dk.
Pada tahun
1978, GE kembali membuat lokomotif diesel elektrik tipe keempat - U-18
B. Lokomotif ini, bentuk, ukuran dan komponen utamanya relatif sama
dengan CC 201 pendahulunya. Yang membedakan adalah susunan gandarnya.
Jika lokomotif CC201 bergandar Co’-Co’ dimana setiap bogienya memiliki
tiga gandar penggerak, lokomotif BB203 bergandar (A1A)(A1A), yaitu
setiap bogienya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam
setiap bogienya yang digunakan sebagai gandar penggerak.
Saat ini
lokomotif lokomotif CC 201 yang terdapat di Dipo Lokomotif Kertapati
berjumlah enam buah, dengan nomor BB20302, BB20303, BB20305, BB20306,
BB20308, dan BB20310. Lokomotif ini pernah beroperasi di Jawa, tetapi
sejak tahun 1989 semua lokomotif BB 203 di Jawa satu per satu mulai
diubah menjadi CC 201. Untuk membedakan yang mana lokomotif hasil
rehabilitasi BB 203 menjadi CC 201, huruf belakang tulisan nomor loko
yang di-rehab ditambahkan “R” di belakangnya. Seperti lokomotif BB 203
periode 2004 yakni BB20326 yang direhab menjadi CC201141R.
Terus Kembangkan Inovasi Baru
Perkembangan
industri perkeretaapian di Indonesia tak bisa dilepaskan dari
tangan-tangan kreatif para Inovator di GE. Inovasi baru terus digodok
untuk kemudian ditelurkan menjadi produk-produk yang bermanfaat dan
berkualitas bagi masyarakat. Hal ini yang kemudian mendasari kerjasama
antara General Electric Transportationdengan Industri Kereta
Api Madiun (INKA). Kerjasama ini melahirkan perusahaan PT General
Electric Lokomotif Indonesia. Hasil dari sinergi ini yaitu sebuah
lokomotif CC 204 yang dirakit khusus di Indonesia pada tahun 2003 sampai
2005.
Dalam
penciptaannya CC 204 terbagi dalam dua jenis, yaitu produksi pertama
dengan bentuk seperti CC 201 dan produksi kedua yang bentuknya seperti
CC 203. Keduanya sama-sama memiliki dua bogie, di mana setiap bogie
mempunyai tiga poros penggerak yang masing-masing digerakkan oleh motor
traksi tersendiri. Menariknya, lokomotif ini mempunyai komponen
komputer Brightstar Sirius, sebuah teknologi yang dikembangkan
oleh GE sehingga memungkinkan lokomotif jenis ini mampu memitigasi
kerusakan sekitar 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi.
Sejak tahun
2006, telah dioperasikan lokomotif CC 204 hasil rehab baru yang
mempunyai bentuk kabin yang berbeda dengan lokomotif CC 204 01 - 07.
Komponen-komponen seperti mesin diesel, motor traksi, bogie, dan
seterusnya sama dengan lokomotif CC204 sebelumnya. Hingga kini, jumlah
lokomotif CC 204 di Indonesia ialah 37 unit. 6 unit berada di Sumatera
dan 31 unit di Jawa.
Total secara
keseluruhan, sejak tahun 1950 Indonesia telah memiliki 175 lokomotif
produk GE Transportation. 3 tahun lalu PT KAI membeli 20 lokomotif GE
jenis C20-EMP untuk mencukupi kebutuhan transportasi kereta api di Jawa
dan Sumatra. Kedua puluh lokomotif dibangun di pabrik lokomotif modern
GE Transportation, Erie Pennsylvania, AS. Sedangkan perakitan final akan
dilakukan PT INKA di Madiun.
Saat ini, GE
sedang mengembangkan sebuah lokomotif ramah lingkungan. Tahun lalu GE
Transportasi telah meluncurkan lokomotif hibrida. Lokomotif ini mampu
mendaur ulang energi termal sebagai kekuatan yang tersimpan dalam
baterai on-board. Evolusi Hibrida diesel-listrik ini
akan menangkap dan menyimpan energi hilang saat pengereman dinamis.
Energi yang tersimpan dalam baterai akan mengurangi konsumsi bahan bakar
dan emisi sebanyak 10 persen dibandingkan dengan sebagian besar
lokomotif angkutan yang digunakan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar