Powered By Blogger

Senin, 10 November 2014

Refleksi Hari Pahlawan
Puluhan ribu bahkan ratusan ribu rakyat Indonesia tewas karena melakukan perjuangan maupun disiksa oleh penjahat-penjahat Belanda, Inggris cs dan Jepang selama menjajah nusantara. Teruntuk bagi para pejuang kemerdekaan, mereka rela meninggalkan istri, anak, orang tua, harta untuk merebut kemerdekaan. Hal terbesar adalah mereka mengorban keringat, darah bahkan nyawa untuk membela, memperjuangkan rakyat Indonesia bebas dari belenggu penjajahan, penindasan.
Seberapa pentingkah kemerdekaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu? Hanya satu kalimat ” Merdeka atau Mati!”. Merdeka dalam artian merdeka secara politik, berdirikari dalam bidang ekonomi, dan terbebasnya belenggu penindasan dan kemiskinan. Untuk mencapai itu semua, segenap rakyat Indonesia dari ujung Aceh hingga ujung Papua yang terjajah oleh Belanda selama 350 tahun terus berjuang dan bertempur. Semua suku melakukan usaha yang sama untuk mengusir penjajahan (Belanda, Jepang, NICA). Atas darah, nyawa dan harta, maka berdirilah NKRI yang merupakan hasil perjuangan segenap bangsa Indonesia. Berdirinya NKRI merupakan hasil akumulasi perjuangan segenap suku, agama dan kelompok di Indonesia.
Bagaimana saat ini?
Sudah 64 tahun Indonesia merdeka, sudah 11 tahun pula reformasi bergulir, namun masih berjuta-juta rakyat Indonesia belum layak disebut merdeka. Mereka hidup dibawah kerangkengan nasib hidup yang tidak menentu. Tiada rumah seindah istana, yang ada hanyalah gubuk reyok atau dinding-dinding karton di bawah jembatan. Ditengah puluhan juta angka kemiskinan dan pengangguran serta utang negara yang membengkak, korupsi merasuk di setiap lini kehidupan. Distorsi penegakan hukum terjadi, yang kaya dan berkuasa dapat bebas dari dakwaan, sementara yang miskin dan tiada kuasatidak berdaya menghadapi penguasa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya
—Bung Karno – Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961—
Berbagai aduan kasus pidana yang melanda penguasa tidak tersentuh  oleh penegak hukum (Dana Pilpres 2004 dan Dana Pilpres 2009). Kuncuran dana bailout Century yang membengkak hingga Rp 6.7 triliun menjadi salah satu kasus yang belum terkuak. Bagaimana pula dengan dugaan kriminilasi para pimpinan KPK? Jika demikian, apakah masih perlu kita repot-repot mengadakan peringatan Hari Pahlawan 10 November? Bukankah lebih baik kalau perhatian kita dicurahkan kepada pemberantasan korupsi, yang sudah jelas-jelas mendatangkan kerusakan parah di bidang moral, dan menyebabkan kerugian begitu besar kepada negara dan rakyat? Apakah peringatan Hari Pahlawan masih ada artinya, ketika persatuan dan kesatuan bangsa kita sedang dikoyak-koyak oleh berbagai sentimen negatif kesukuan dan dikotori pertentangan agama?
Slide Bung Karno
Degradasi moral, perilaku diskriminatif serta koruptif  merupakan masalah tersendiri. Namun, peringatan Hari Pahlawan merupakan momen yang sama pentingnya selama seluruh rakyat Indonesia mendapat esensi peringatan tersebut. Apa itu? Semangat revolusioner, semangat berjuang, semangat berkorban dan berkarya bagi bangsa dan negara. Itulah esensi. Itulah nilai moral yang harus ditanamkan pada rakyat, terutama para pemimpin. Janganlah mencari ‘makan’, ‘intan permata’, ‘prestise’ di kursi kekuasaan.
Karena situasi negara dan bangsa sudah begini bobrok, maka kita semua perlu mengangkat tinggi-tinggi jiwa agung dan revolusioner yang terkandung dalam Hari Pahlawan. Salah satu tokoh nasional yang paling menonjol dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa adalah Bung Karno. Dalam pidato Hari Pahlawan 10 November 1961, Presiden Soekarno berpesan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya“.
Pahlawan seperti apa? Pahlawan disini adalah orang yang berjuang dengan keringat, darah bahkan nyawa tanpa pamrih demi kepentingan yang lebih besar, kepentingan bangsa dan negara. Dalam berbagai kesempatan Bung Karno menjadikan Hari Pahlawan sebagai sarana untuk mengingatkan kepada seluruh bangsa (terutama angkatan muda) bahwa sudah banyak pejuang-pejuang telah gugur, atau mengorbankan harta-benda dan tenaga mereka, untuk mendirikan negara RI. Mereka rela berkorban, supaya kehidupan rakyat banyak bisa menjadi lebih baik dari pada yang sudah-sudah. Mereka telah berjuang  jauh sebelum selama revolusi kemerdekaan 1945, untuk menjadikan negara ini milik bersama, guna menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Melalui peringatan Hari Pahlawan 10 November, mari kita tekad bersama untuk menjunjung tinggi-tinggi semangat revolusioner dalam mengabdi kepada kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Ganyang koruptor! Ganyang Kemalasan! Ganyang pejabat publik busuk!
Selamat Hari Pahlawan. Bangkitlah Indonesiaku!
Salam nusantaraku,
ech-wan, 10 November 194

Tidak ada komentar:

Posting Komentar